Minggu, 12 Agustus 2012

Sifat 30 ditubuh manusia

SIFAT 30 DITUBUH MANUSIA
 Alif     : Grana, Ba : netra, Ta : delujuran tingal loro, Tsa : bau tengen, Jim : bau kiwa, Ha : tangan tengen, Kha : tangan kiwa, Da’ : ugel-ugel tangan karo, Dzal : Kepala rambut, Ra : iga tengen, Zai : iga kiwa, Sin : susu tengen, Syin : susu kiwa, Tsad : bokong tengen, Dlad : bokong kiwa, Tha : ati, Da’ : untu, Ain : pupu tengen, Ghain : pupu kiwa, Fa : wentis tengen, Kaf : wentis kiwa, Kof : kulit, Lam : daging, Mim : utek, Num : cahya, Wau : dalam akan karo, Ha : sumsum, Lam alif : badan manusa, amzah, ngabakake kabeh, ya : cangkem ya manusa
Sayektine sifat 20 jaba jero
Urip jaba kang nguripi jero, pangucap jaba kang pangucap jero, pangambu jaba kang ngambu jero, ngrasa jaba kang rumasa jero, kerasa jaba kang kerasa jero polah jaba, kang molah jero, pangrungu jobo kang ngrungu jero, karsa jaba, kang kersa jero, paningal jaba kang ningali jero, pandulu jaba kang ndulu jero
Dadi sifat 8 dununge tingal Sabar, sareh, jinem, sumeh, eling, eneng, ening, langgeng.
Dadi sifat 4 : Sir, Budi, Cipta, Akal
Dadi sifat 2 : Angen-angen, pangangen-angen

Asal Mula MANUSIA


ASAL MULA MANUSIA


Asal Kejadian
Allah SWT pertama kali menjadikan cahaya atau nur yang disebut Nur Muhammad SAW, dari sifat jamalnya ( keindahanNya ). Rasulullah bersabda ; bahwa yang mula2 diciptakan oleh Allah adalah ruh Muhammad, ia diciptakan dari cahaya Ketuhanan, dan selanjutnya yang diciptakan pertama kali adalah Qalam ( pena ) dan akal. Disinilah kita tahu bahwa yang dilahirkan dan diciptakan pertama kali adalah suatu realitas ghaib dan bersifat rohani yang disebut; Nur, Ruh, Qalam, dan Akal dan ini merupakan realitas yang mempunyai banyak nama menurut fungsinya dan dari sudut mana kita memandangnya ( al-Maidah : 15 )
Dalam dunia sufi ini disebut Hakikat Muhammad ( realitas atau hakikat ) atau diberi gelar Aql al-Kull ( akal Semesta ) karena ia tahu dan melihat segala sesuatu, ia diberi gelar Qalam karena ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan, ia juga digelari ruh karena ia hidup, bukan mati. Dan ruh itulah terbitnya segala yang hidup, oleh karena ia hidup maka digelari Ruh.
Ruh Muhammadiyyah
Atau Ruh Muhammad adalah Dzat atau sumber segala ygberwujud. Dialah yg awal dan menjadi hakikat alam semesta. Allah SWT menciptakan segala ruh dari ruhnya. Muhammad adalah nama bagi insan dalam alam gaib ( alam berkumpulnya ruh-ruh). Ia menjadi sumber dan asal segala perkara. Allah menciptakan alam karena Allah akan menciptakan Muhammad SAW. Dan tanda2 ini tepat, seperti yg dilihat oleh bapak semua umat manusia, yaitu Adam As, ketika selesai proses penciptaan, Adam melihat nama Muhammad di pintu surga bersanding dengan nama Allah, dan mengertilah Adam bahwa orang yg memiliki nama itu adalah semulia-mulia manusia yang akan diciptakan Tuhan diantara semua ciptaanNyadi kemudian hari.
Setelah lahirnya Nur Muhammad, Allah menciptakan pula ‘ arsy’, dan kelahiran Muhammad juga diikuti dengan penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta arsyNya. Peristiwa ini berlaku menurut kehendak Allah dan masyi’ahNya, dan kemudian Allah menurunkan  ruh atau makhluk-makhluk itu ke peringkat yang paling rendah, yaitu Alam  Ajsam atau alam kebendaan yang konkret dan nyata, seperti disebutkan dalam ayat ini ;
” Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahNya”, (at-Tiin : 5 )
Allah turunkan Nur itu dari tempat asal kejadiannya, yaitu Alam Lahut ( alam ketuhanan) ke Alam Asma’ Allah ( nama-nama yaitu alam Penciptaan sifat-sifat Allah atau alam Akal Ruh Semesta ). Dari alam Asma’ Allah sana ruh-ruh itu turun ke alam Malakut. Disitu ruh-ruh itu dipakaikan dengan pakaian kemalaikatan yang gemerlap. Kemudian mereka diturunkan ke alam Kebendaan atau Ajsam yang terjadi dari unsur api, air, angin ( udara) dan tanah. Maka ruh itu dibentuk dengan diberi badan yang terjadi dari darah, daging, tulang, urat dan sebagainya.
Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang
Tidaklah sekali2 pernah membiarkan ruh2 berada dalam kesesatan dan kejahilan, untuk itulah diutus rsul2 dan kitab agar tidak lalai,
“ Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat2 Kami (dan kami peritahkan kepadanya ) Keluarkanlah kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan ingatkan mereka akan hari2 Allah “ ( Ibrahim : 5)
Manusia diharapkan dapat menegakkan sifat al jamal ( indah) karena Allah itu indah dan dari sinilah manusia akan menjejakkan kakinya di titian hakikah untuk mengenal Allah serta ber taqarub kepadaDzatNya yang maha besar ;
“ katakanlah; Inilah jalanku, aku dan orang2 yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata “9 Yusuf:108)
Basirah dan Mata hati
Allah memberi manusia mata kasar agar dapat melihat segala yang zaahir atau lahir dan untuk melihat hal gaib, Allah telah mengaruniai suatu penglihatan yang halus dalam hati yang dikenal denga basirah yakni mata hati atau mata ruh, dan ini akan terbuka dalam hati orang2 yang dekat atau kuat taqarrubnya dengan Allah dan tidak ada kekuasaan apapun di bum,I ini dapat memberikan basirah…karena manusia sangat memerlukannya untuk sampai kealam gaib yang merupakan rahasia2 Tuhan, dan hanya orang2 tertentu yang dikaruniai khusus olehNya,
“ …..yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami (al kahfi :65)
Dan masuklah kembali menjadi golongan orang yang berjalan kembali meuju Allah, jangan menunggu sampai jalan tersebut tidak bisa dilalui lagi .
“ Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang2 yang bertaqwa. Yaitu orang2 yang menafkanhkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, dan orang2 yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang2 yang berbuat kebaikan “ ( Ali Imran :133-134)
Ajaran risalah yang disampaikan pada manusia memiliki 2 kategori, nyata dan tidak, zahir dan batin, syariat dan ilmu atau hikmah, dan bila zahir dan batin bersatu , barulah seseorang itu dapat mencapai taraf hakikat,
“ Antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui oleh masing2 “( ar rahman :20)
Hakikat tidak dapat dicapai hanya melalui ilmu yang diperoleh Panca Indera, karena dengan hanya mengandalkan ini manusia tidak akan mengenal Yang asal atau Dzat.
Manusia dicipta untuk Mengenal Allah
Seandainya kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita mau menyembahNya ? dan memohon pertolonganNya ?
Hikmah atau ilmu sangat diperlukan untuk mengenal Dia, dengan menyngkap tirai hitam yang menutupi cermin hati. Allah ibarat harta yang tersembunyi dan Ia ingin dikenali, maka dijadikanlah makhluk untuk mengenal Dia.
Dalam sebuah hadits qudsi “ Aku laksana harta yang tersembunyi. Aku ingin dikenali, karena itu Aku menciptakan makhluk “, jadi merupakan kewajiban bagi kita untuk mengenalNya, dan jelas bahwa tujuan Allah menciptakan insane adalah untuk mencari ilmu untuk mengenaliNya, dan ada 2 peringkat ilmu ma’rifah. Pertama , ilmu untuk mengela sifat2 Allah dan pendzahir kekuasaanNya, kedua, ilmu untuk mengenal Dzat Allah dan ini berpegang pada ruh al qudz ( ruh suci) yang diberikan pada insane agar dapat mengenali rahasia2 akhirat,
“ ……..dan kami memperkuatnya dengan ruh al quds…” (al baqarah :87).
Mereka yang mengenal Dzat Allah akan memperoleh ilmu melalui ruh suci yang terpencam dalam diri mereka masing2, baik yang ada dilidah kita ataupun hati kita.
Pentingnya ilmu Zahir
Harus diakui bahwa manusia memerlukan ilmu keyakinan (agama)untuk mengenal Allah, melalui agama manusia akan belajar pendzahiran (manifestasi) Dzat Allah yang terbayang dalam alam sifat dan nama (asma) Allah yang ada dimuka bumi ini. Dan seseorang harus berakhlak mulia dan menghindari dosa dan harus melawan nafsu dan egonya dan ini merupakan perjalanan yang panjang dan sulit …
“ …..maka barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia menyekutukan Allah dalam ibadah kepadaNya “ ( al kahfi: 110)
Ruh al Qudz tersebut diciptakan dalam wajah yang paling indah, dan keindahannya di hujamkan dalam hati dan di amamnahkan pada insane untuk menjaganya dan tingkatan ini dapat dicapai dengan taubah nasuhan …Laailahaillallah,
“ Ingatlah, bahwa dengan mengingat Allah maka hati menjadi tentram “ ( ar Ra;d :28)
Hati ibarat anak yang harus dijaga
Dalam dunia sufi, menyebut keadaan ruhani itu sebagai ‘tifli’ yang berarti bayi atau anak-anak, dan bayi hati adalah kesadaran orang-orang sufi yang diberikan karunia ilham tinggi oleh Ilahi. Kesadaran juga adalah insane yang sebenarnya, yang tidak terpuisah dengan Khaliqnya. Dan kesadaran inilah yang mewakili insane yang sebenarnya, didalamnya tidak ada jism (kebadanan) dan tidak menganggap dirinya sebagai jism, tidak ada hijab (tirai) karena nur yang memancar melalui pintu hati terus menjurus menuju kehadirat Dzat Allah yang mencipta.
Rasulullah pernah bersabda, bahwa di waktu-waktu tertentu ketika baginda hanya berduas dengan Allah, tidak ada sispapun menjadi pengantara atau penghalang baik itu malaikat yang dekat dengan Allah (nur Muhammad) yang merupakan pendzahiran pertama sekalipun ataupun nabi dan rasul,
“ Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat “ ( al-Qiyamah: 22-23)
Nabi mengatakan, bila pada hari itu kita melihat Allah dengan sangat jelas seperti bulan purnama dan inilah kesadaran tinggi yang bila makhluk, malaikat, menghampirinya maka wujud jasmani atau fisiknya akan hangus terbakar menjadi abu dan seandainya tirai yang menutup sifat jalalNya itu disingkap sedikit saja oleh Allah, niscaya segalanya akan hangus sejauh mata memandang, tapi tidak demikian bila itu dikehendaki oleh Penciptannya seperti yang dialami oleh Rasulullah.
Kembali ke Asal
Manusia terdiri dari sifat jasmani dan ruhani, fisikal dan spiritual, badan dan ruh, kebendaan dan kejiwaan, zahir dan batin. Dan pada segi lahirnya umumnya sama saja tapi dari keruhaniannya pasti berbeda dan tingkatan nya diukur menurut makrifatnya kepada Allah. Dan untuk mencapai tingkatan tetrtinggi maka seseorang menetapkan 3 tujuan yang sebenarnya adalah 3 sorga :
  1. Ma’wa (surga tempat kedamaian dan ketenangan) ini adalah surga dengan cirri kebendaan
  2. Na’im (surga tempat nikmat Allah) dalam peringkat kemalaikatan
  3. Firdaus (surga tinggi dalam peringkat keesaan atau kesatuan (dengan Allah), tempat tinggal para ruh, peringkat nama-nama (asma’) dan sifat Allah
Taqarrub mendorong manusia untuk Bersuci
Hendaknya seseorang berusaha mencapai destinasi (tempat yang dituju) dalam hidupnya dibumi ini, karena pada tingkat ini tidak ada perbedaan antara terjaga dan tertidur, karena dalam keadaan tidurpun ruh dapat melihat tempat asalnya, yaitu alam ruh dan kemudian kembali kejasad dengan membawa berita. Inilah mimpi yang benar dan peristiwa semacam ini ada 2 jenis, pertama secara peristiwa yang terjadi secara sebagian atau setengah-setengah saja seperti dalam mimpi, kedua, peristiwa yang utuh terjadi seperti Isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW. Firman Allah :
“Allah memegang jiwa (orang) yang mati dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya, maka ditahanNya jiwa (orang) yang telah ditetapkan matinya dan ia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir” (az-Zumar : 42)
Tidurnya orang yang bijaksana lebih baik daripada ibadahnya orang yang jahil dan orang yang bijaksana adalah orang yang mencapai tahap ma’rifatullah dan semuanya dapat dicapai dengan Dzikrullah yang menenggelamkan dirinya de dalam Nurullah dan dalam Keesaan Allah.
Cara manusia Ber-Taqarrub ?
Cara yang baik untuk mencapai martabat kedekatan adalah dengan meditasi atau tafakur untuk mengenali hakikat Allah karena mengenali Dzat Allah adalah wajib bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah.
Nabi bersabda, “Tafakur sesaat itu adalah lebih baik dari setahun ibadah, lebih baik dari 70 tahun ibadah bahkan lebih baik dari 1000 tahun ibadah “
Ada 3 perkara tentang tafakur atau meditasi ini :
Pertama : barang siapa bertafakur tentang suatu hal dan menyelidiki sebanyam, ia akan mendapat setiap bagian dari hal itu dan mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan banyak lagi hal-hal yang lain, dan inilah tafakur yang nilainya setahun ibadah
Kedua : barang siapa bertafakur tentang ibadahnya dan mencari sebabnya dan mengenal seba itu, maka tafakurnya bernilai 70 tahun ibadah
Ketiga : barang siapa yang tafakur tentang mengenal Allah dengan azam yang kuat untuk mengenalNya, maka tafakurnya itu bernilai 1000 tahun ibadah.
“ Orang yang cinta memiliki pandangan Mata Basirah
Orang yang tak cinta, buta matanya tak menentu arah
Cinta itu sayap bukan daging dan darah
Boleh menerbangkannya kea lam malaikat dan berjumpa Allah “
Kekasih dengan Kekasihnya
Hanya habib ( yang pengasih) dapat mengenal Mahbub (yang dikasihi) dengan sempurnyanya. Orang yang dikasihi Allah itu serba indah pandangannya, tetapi terhijab ( terlindungi) pada pandangan manusia lain, tidak diketahui manusia tetapi dikenali oleh Allah dan mudahlah bagi manusia ini untuk melayarkan bahteranya menuju pelabuhan induk keruhanian taman Hazirah al-Quds. Karena orang yang mencintai Allah adalah orang yang telah mengosongkan dirinya atau memfanakan dirinya, tidak terasa wujud dirinya hanya yang wujud ialah Allah saja.
Ruh Al Quds
Allah SWT mula-mula menciptakan atau menzahirkan Ruh al Quds atau ruh suci dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzahiranyang paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi dan di kehendakiNya ruh itu untuk turun kea lam fana ini di peringkat yang paling rendah yaitu ALam Ajsam atau fidikal (konkret). Tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada ruh suci dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Allah SWT.
Dan dalam perjalanannya dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling rendah, ruh suci tersebut menempuh berbagai alam atau peringkat, semula ia turun ke peringkat Akal semesta atau disebut peringkat Kesatuan ( Allah dan HambaNya) atau peringkat nama dan sifat atau lebih dikenal dengan Haqiqah Muhammadiyyah.
Dan bersamaan dengan ruh suci tersebut telah disediakan pula dalam dirinya benih-benih keesaan (tauhid) agar senantiasa mengenali penciptanya yang Esa itu. Dalam perjalanan mengarungi alam-alam peringkat Allah membekalinya dengan selimut pakaian Nur Allah ( cahaya ) . Dan mendapat gelar ruh Martabat tertinggi karena tingginya derajat yang diberikan Tuhan sejak ia diciptakan.
Peringkat selanjutnya adalah peringkat Alam Malakut, disini ruh suci disebut Ruh Bergerak atau Ruh Berpindah, mimpi yang benar termasuk dalam ala mini, dan selanjutnya ia akan masuk ke Alam Kebendaan, atau kebadanan atau jisim atau fisikal, ia mendapat pakaian jasmani yang berasal dari darah, daging, urat, tulang, dsb, dan diberi gelar Ruh Insan atau Ruh Manusia. Ruh suci diberi baju kasar agar dunia selamat dari kehancuran, karena bila alam kebendaan bersentuhan langsung dengan Ruh suci maka alam kebendaan akan hangus menjadi abu.
Ruh suci dihantarkan ke tempat terendah agar ia mencari jalan kembali keasalnya yaitu berpadu atau berdampingan dengan Allah SWT seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini wajar bila ia menanan benih rasa kesatuan dan keesaan dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dengan Allah SWT , Tuhan yang Menciptakannya .
Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang dibekalkan kepadanya oleh Allah dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok sebuah keyakina yang mengahsilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa ruh itu kembali naik ke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Allah SWT.
Penciptaan Badan untuk Ruh
Allah menciptakan badan agar ruh dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Allah menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, selain itu menempatkan ruh suci ditengah hati manusia, suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Allah dan hambaNya Ruh-ruh itu berdiam dianggota badan dengan tugasnya masing-masing, keberadaanya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam-macam barang sehingga mendatangkan berbagai hasil pula, seperti firman Allah SWT
“ Mereka membelanjakan sebagian dari rejeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan dan mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi “ (Fatir : 29 )
Ruh dalam Badan
Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insane manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat karena dengan ini Allah menjaga dan mentadbirkan keharmonisa alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Allah, tidak mengatakan tindakannya sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Allah, segala tindakannya merupakan satu kesatuan dengan keberadaan Allah, tidak da perpisahan antara aku dengan Allah …
“ …….barangsiapa mengharapkan perjumapaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shole, dan tidak mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya “ ( al Kahfi : 110 )
Dan Allah memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi berupa :
1. Kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Allah di dunia ini yang dimanifestasikan dalam sifat-sifat Allah
2. Kemampuan melihat hal yang jamakdalam sesuatu yang tunggal dan yang tunggal dalam sesuatu yang jamak di mata kebanyakan orang awam
3. Kemampuan melihat hakikat di balik alam nyata
4. Perasaan dekat dengan Allah
Ruh dalam Hati
HAti adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut Tariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah, sebagaimana dengan 12 nama Dzat Allah , 4 nama tidak berhuruf dan tidak berbunyi sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan :
“ Katakanlah ; Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma’ al Husna (nama-nama yang terbaik) “ ( al Isra’ : 110)
Manusia hendaknya berusaha mengetahui nama-nama Allah karena inti dari ilmu tasawwuf, kalimat Laa IlahaIlallaah melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap huruf yang menyusun kalimat Laa IlahaIlallaah dan Allah akan memberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang.
1. Laa IlahaIlallaah Tiada Tuhan kecuali Allah
2. Allah Nama Dzat
3. Huwa Dia
4. Al Haqq Yang Benar
5. Al Hayy Yang Hidup
6. Al Qayyum Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung
7. Al Qahhar Yang Maha berkuasa dan perkasa
8. Al Wahhab Yang Maha pemberi
9. Al Fattah Yang Maha Pembuka
10. Al Wahid Yang Satu
11. Al Ahad Yang Maha Esa
12. Al As Samad Sumber, puncak segala sesuatu
Pada setiap tingkatan ( 4 tingkatan) yang dilalaui ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda dengan cara inilah Allah dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya.
“ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat “ ( Ibrahim : 27 )
Dalam pergerakannya ruh selalu memandang ke Alam Malakut, alam yang identik dengan kebaikan dan dialam ini r7uh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuni, cahaya dan para malaikat yang berada di dalamnya. Dan melakukan percakapan tanpa suara dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputar mencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin dan setelah manusia kembali kepada Sang Pencipta, rahasia-rahasia itu akan bertahta diakhirat yaitu surga Na’im, surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada bandingnya. Tempat ruh yang paling tinggi adalah di tengah hati yaitu ‘hati bagi hati’.
bersambung …

Tafsir Tembang LIR ILIR

Bukan sekedar lagu dolanan .. tapi lagu penuh makna mendalam. Tidak untuk dinikmati syair dan nadanya semata, tapi lebih penging adalah untuk direnungkan dan dicontoh penyeruannya. Kalau cuman sekedar menikmati musikna saja lebih bagus kalau mendengarkan komposisi Lir-Ilir karya Handel dalam konser harpa “Harp to Heart” yang menampilkan The World Harp Ensemble (WHE), Selasa (28/5), di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta. (Ada yang punya? minta dong).
Lir ilir ini katanya ciptaan Sunan Kalijogo, ada juga yang mengatakan Sunan Giri, ada juga yang mengatakan Sunan Ampel. Wallahu a’lam yang penting adalah ciptaan salah satu dari mereka yang insyaAllah mencerminkan seruan para wali itu semua.
Am        Am           C       Am  Dm
Lir ilir, lir ilir tandure wis sumilir   (Lir ilir, lir ilir tanamannya sudah mulai bersemi)
>> lir-ilir : Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman : agama Islam.
C           Dm
Tak ijo royo – royo (Hijau Royo royo)
>> agama Islam tumbuh subur di Tanah Jawa. Yakni hijau sebagaiman simbol umum agama Islam. Dalam politik indonesia pun dulu ada istilah “penghijauan di MPR”, dimana MPR yang dulu (sebelum 1989) banyak didominasi non muslim mulai terisi oleh praktisi2 dari kelompok Islam. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja2 jawa yang baru masuk Islam. Make sense juga …
F       Am
Tak sengguh temanten anyar (demikian menghijau bagaikan pengantin baru)
>> sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level mula, seperti penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya
Am          Am          C          Am   Dm
Cah angon – cah angon penekno blimbing kuwi (Anak-anak penggembala, panjatkan pohon blimbing itu )
>> Kenapa kok cah angon ? Hadits Rasul “Al-Imaamu Ro’in” (Imam adalah Pemimpin/Penggembala).  Ro’in dalam bahasa arab artinya secara bahasa penggembala dan secara urf (adat arab) juga untuk menyebut sebagai pemimpin.
>> Kenapa Belimbing : Inget : belimbing itu warnanya ijo (ciri khas Islam) dan memiliki sisi 5. Jadi, belimbing adalah isyarat agama Islam itu sendiri, yang tercermin dari 5 sisi buah belimbing yang menggambarkan Rukun Islam.
belimbing.jpg
>> Kenapa penekno (ambilkan) : Inilah seruan tholabun nushroh para wali kepada para penguasa di Jawa, agar mereka bersedia mengambil Islam itu agar masyarakat bisa mengikuti langkahnya dan dengan itu aturan Islam dapat diterapkan ke masyarakat. Tidak mungkin Islam terterapkan kaffah tanpa ada kemauan penguasa “mengambil” Islam sebagai agama dan sistemnya. Para penafsir lagu lir-ilir kebanyakan tidak sasmito terhadap penggunaan kata2 penekno belimbing ini .. Kalau cuman sekedar belimbing sih biasanya anak kecil juga bisa ambil sendiri, tapi ini menggunakan kata “penekno” yang artinya adalah ambilkan buah itu untuk saya, kami dan mereka semua. Dan juga bukan peneken (panjat dan ambil untuk dirimu sendiri). Jelas ini artinya adalah seruan para wali agar raja bersedia mengimplementasikan Islam untuk masyarakat umum.

C       Dm            F         Am
Lunyu – lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro (Biar licin tetap panjatkan untuk mencuci pakaian-mu)
>> dodod : sejenis pakaian jawa (dNux : saya juga tidak tahu sperti apa, katanya sih seperti kemben)
>> walaupun berat ujiannya, walaupun banyak rintangannya karena masuk agama Islam itu berkonsukuensi luas baik secara keluarga, sosial dan politik, maka tetap anutlah Islam untuk membersihkan aqidahmu dan menyucikan dirimu dari dosa dosamu. Demikian juga pasti sangat berat rintangan untuk melaksanakan syariat Islam itu ditengah masyarakat, karena pasti akan berhadapan dengan agama, adat istiadat serta sistem yang telah terbangun dimasyarakat.

Am          Am               C     Am     Dm
Dododiro – dododiro kumitir bedah ing pinggir
Pakainmu itu tertiup2 angin dan sobek di pinggir pinggirnya
>> kumitir : bayangkan kain yang dijemuran dan tertiup2 angin lalu terlihat pinggir kain itu sobek2. Yang dimaksud disini adalah ketika para raja itu sudah masuk Islam, maka masih ada hal hal yang belum Islam kaffah, masih ada cacat2 di aqidah-nya sebab masih terpengaruh oleh hindu jawa
>> Bedah ing pinggir : barangkali yang dimaksud pinggir sini adalah masyarakat bawah (pinggiran), dimana pada mereka masih kurang memahami dan kurang melaksanakan Islam sebab banyak masyarakat awam belum tersentuh dakwah atau belum komitmen di Islam

C        Dm               F       Am
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore (Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore )
>> Betulkanlah penyimpangan2 itu baik pada dirimu atau pada masyarakatmu untuk persiapan kematianmu
>> sebo : menghadap = sowan. Mengko sore : nanti sore (waktu ajal). Usia senja : usia tua mendekati masa akhir.
>> Pesan dari para wali bahwa kamu itu wahai raja .. pasti akan mati dan akan menemui Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan diri, keluarga dan masyarakat yang kamu pimpin. Maka benahilah dan sempurnakanlah keislamanmu dan keislaman masyarakatmu agar kamu selamat di Hari Pertanggung Jawaban (yaumul Hisab)

G           Am
Mumpung pandang rembulane (Selagi terang (sinar) bulan-nya)
>> Para wali mengintatkan agar para raja melaksanakan hal itu mumpung masih terbuka pintu hidayah menerima Islam dan masih banyak ulama2 yang bisa mendampingi beliau untuk memberikan nasehat dan arahan dalam menerima dan menerapkan Islam
G           Am
Mumpung jembar kalangane (Mumpung luas kesempatannya)
>> Mumpung si Raja masih menduduki jabatan sebagai penguasa. Nanti perkaranya atau kesempatan melaksanakan ini akan hilang bila raja tersebut sudah tidak menjadi penguasa.
>> Kesempatan apa ? usia atau pangkat/kedudukan  ? Kalau yang dimaksud kesempatan adalah usia, maka ini kurang cocok. Bagaimanapun juga para wali juga tahu bahwa usia itu tidak bisa ditebak. Pangkat/kedudukan lebih masuk akal sebab masih bisa diduga kapan lengsernya ..
>> Bagi saya kalangan bisa juga berarti pendukung sehingga maknanya juga bisa : mumpung selagi banyak pendukungnya
>> bagian ini sangat menjelaskan bahwa lagu ini adalah tholabun nusrhoh para wali kepada raja raja agar raja memanfaatkan kesempatannya (sebagai raja) untuk disamping masuk Islam juga terlibat aktif dalam penyebaran dan pelaksanaan syariat Islam di wilayahnya (tanah Jawa).

C       Dm   F   G Am
Sun surako surak hiyo (Mari bersorak-sorak ayo…)
>> Sambutlah seruan ini dengan gembira “Ayo kita terapkan syariat Islam” …. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

Sabtu, 11 Agustus 2012

HAKIKAT BISMILLAH HURUF PER HURUf


Dalam suatu hadits Nabi saw. Beliau bersabda, Setiap kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al Quran. Dan seluruh kandungan Al Quran ada di datam Al Fatihah. Dan semua yang ada dalam Al Fatihah ada di dalam Bismillah hirrahmaan nirrahiim.
Bahkan disebutkan dalam hadits lain, setiap kandungan yang ada dalam Bismillah hirrahmaan nirrahiim ada di dalam huruf Baa, dan setiap yang terkandung di dalam Baa ada di dalam titik yang berada dibawah Baa.
Sebagian para Arifin menegaskan, Dalam perspektif orang yang makrifat kepada Allah, Bismillaah hirrahmaan nirrahim itu kedudukannya sama dengan kun dari Allah.
Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillah hirrahmaan nirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) atau pun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al Qur’an, kristalisasi dan spesifikasi huruf huruf yang ada dalam huruf Baa, manfaat dan rahasianya.
Tujuan kami bukan mengupas semua itu, tetapi lebih pada esensi atau hakikat makna terdalam yang relevan dengan segala hal di sisi Allah swt, Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu sama lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Ma’rifat kepada Allah swt.
Kami memang berada di gerbangNya, dan setiap ada limpahan baru di dalam jiwa maka ar-Ruhul Amin turun di dalam kalbunya kertas. Ketahuilah bahwa Titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun darititik, dan sudah semestinya setiap Surat ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itu menjadi keniscayaan bahwa titik itu sendiri adalah awal dan pada setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.
Kerangka hubungan antara huruf Baa dengan Tititknya secara komprehensif akan dijelaskan berikut nanti. Bahwa Baa dalam setiap surat itu sendiri sebagai keharusan adanya dalam Basmalah bagi setiap surat, bahkan di dalam surat Al-Baqarah. Huruf Baa itu sendiri mengawali ayat dalam surat tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa sebagaimana dalam hadits di atas, bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an itu ada dalam surah Al-Fatihah, tersimpul lagi di dalam Basmalah, dan tersimpul lagi dalam Huruf Baa, akhirnya pada titik.
Hal yang sama , Allah SWT dengan seluruh yang ada secara paripurna sama sekali tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Titik sendiri merupakan syarat-syarat dzat Allah Ta’ala yang tersembunyi dibalik khasanahnya ketika dalam penampakkan-Nya terhadap mahlukNya. Amboi, titik itu tidak tampak dan tidak Layak lagi bagi anda untuk dibaca selamanya mengingat kediaman dan kesuciannya dari segala batasan, dari satu makhraj ke makhraj lainya. Sebab ia adalah jiwa dari seluruh huruf yang keluar dari seluruh tempat keluarnya huruf. Maka,camkanlah, dengan adanya batin dari Ghaibnya sifat Ahadiyah.
Misalnya anda membaca titik menurut persekutuan, seperti huruf Taa’ dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’, maka yang Anda baca tidak lain kecuali Titik itu sendiri. Sebab Taa’ bertitik dua, dan Tsaa’ bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu, yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda dengan lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja. Hal yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah.
Bahwa Anda mengenal-Nya dari makhluk sesungguhnya Anda mengenal-Nya dari Allah swt. Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu sama lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya pada ttik tersebut. Ada sebagian yang tampak pada kenyataannya seperti huruf Alif dan huruf-huruf tanpa Titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif lebih mulia dibanding Baa’,karena Titiknya justru menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa’ itu sendiri tidak tampak (Titik berdiri sendiri). Titik di dalam huruf Baa’ tidak akan tampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena Titik suatu huruf Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan itu sendiri mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.
Huruf Alif itu sendiri posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Anda bisa mengatakan bahwa Baa’ itu adalah Alif yang di datarkan Sedang Jiim, misalnya, adalah Alif dibengkokkan’ dua ujungnya. Daal adalah Alif yang yang ditekuk tengahnya.
Sedangkan Alif dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat Masing-masing huruf tersusun dari Titik. Sementara Titik bagi setiap huruf ibarat Neucleus yang terhamparan. Huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif dengan kerangkanya seperti kedudukan Titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’ adalah Alif yang terdatarkan.
Demikian pula Hakikat Muhammadiyyah merupakan inti dimana seluruh jagad raya ini diciptakan dari Hakikat Muhammadiyah itu. Sebagaimana hadits riwayat Jabir, yang intinya Allah swt. menciptakan Ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari Ruh Muhammad saw. Sedangkan Muhammad saw. adalah Sifat Dzahirnya Allah dalam makhluk melalui Nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.
Anda masih ingat ketika Nabi saw. diisra’kan dengan jasadnya ke Arasy yang merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, —walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif merupakan manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan substansinya — Alif memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah Titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua Titik manakala disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan Kedalaman.
Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim. Pada kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya, ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada pangkalnya yang pertama lebar. Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap huruf selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak punya bentangan. Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua huruf.
Diantara huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang punya Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempatip osisi “Aku tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”.
Diantara huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya pada tahap, ”Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya.” Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati tahap, “Aku tidak melihat sesuatu” sementara Titik putih menemptai “Kecuali aku melihat Allah di dalamnya.”
Alif menempati posisi “Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat “sesungguhnya” menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian “Sesungguhnya orang-orang berbaiat” kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.”
Dimaklumi bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu dia bersyahadat kepada bersyahadat kepada Allah pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. Artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw. tetapi hakikat-nya berbaiat kepada Allah swt. Itulah arti sebenarnya dari Khilafah tersebut.
(disarikan dari tafsir Al-Qur’an karya lbnu ‘Araby)
HAKIKAT BISMILLAH (I)
Penjelmaan duniawi dari pola dasar ilahi, yang disebut didalam Al-Qur’an dengan penulisan pena dan tempat tinta, memiliki suatu pokok signifikasi spiritual. Dapat dikatakan, bahwa Al-Qur’an merupakan suara dari firman Tuhan yang diembuskan ke hati Nabi dan kemudian kepada para sahabat dan generasi-generasi selanjutnya.
Sayyidina Ali Karamallahu Wadz’hahu mengatakan : “ Bahwa seluruh Al-Qur’an itu terkandung didalam surat Al-Fatihah”, sedangkan surat Al-Fatihah itu sendiri terkandung di dalam Bismillah (bismallah).
Karena adanya suatu kehadiran ilahi dalam teks Al-Qur’an , yakni Bismillah (Basmallah), maka kalimat Bismillah inipun merupakan pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi itu, untuk membantu kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam.
Bismillah membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi material, sehingga memperoleh jalan masuk ke barakah yang terletak didalam firman ilahi dan untuk mengenyam hakikat alam spiritual, karena Bismillah itupun adalah suatu pengejawantahan visual dari kristalisasi realitas-realitas spiritual (Al-Haqa’iq) yang terkandung didalam wahyu Islam pertama :
“Iqraa bismirabbikaal ladzii khalaq” : Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S. : 96 : 1)
Kalimat “Bismillah” merupakan hasil dari pengejawantahan ke-Esaan pada bidang keanekaragaman. Kalimat suci ini merefleksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an: “Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia” (Q.S. 3 : 191)
Allah Swt menurunkan kalimat suci “Bismillah” dalam wujud fisik (yang tersurat) pada sebuah kitab suci Al-Qur’anul Kariim yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat. Karena kalimat suci “Bismillah” itu sendiri, memiliki realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan di dengar menuju ke Yang Gaib, yang juga merupakan keheningan diatas setiap bunyi. Wujud fisik (Bismillah) inipun didasarkan pada ilmu pengetahuan tentang dunia batin yang tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahir semata, tetapi juga dengan realitas-realitas batin “Bismillah” itu sendiri (yang tersirat)
Bismillah diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi, sedangkan wujudnya tentu saja dibentuk oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerima wahyu Al-Qur’an, yaitu : “Qalbu” (hati), yang nilai-nilai positifnya diuniversalkan Islam. Bentuk wahyu Islam yang pertama ini (Bismillah) tidaklah mengurangi kebenaran, bahwa sumber religius dari “Bismillah” ini berasal dari kandungan batin dan dimensi spiritual Islam pula.
Hanya bagi orang yang mampu melihat relitas-realitas tersebut ataupun orang yang telah dilatih untuk memperoleh penglihatan “Al’Bashirah” (penglihatan batin) atas sesuatu yang tersembunyi dibalik rahasia “Bismillah”, dan dikarenakan “Bismillah” ini merupakan pula pesan dari ruang inti perbendaharaan yang gaib (khaza’in al-ghoybi), maka siapapun yang menerima pesan kalimat suci ini didalam hatinya ia seakan menikmati alunan nyanyian alam rahim yang membawa jiwanya sebelum episode perjalanan duniawinya yang singkat. Agama Islam tidak berdasarkan ketegangan dramatis antara langit dan bumi, atau pengorbanan heroik dan penyelamatan melalui campur tangan Tuhan, akan tetapi Agama Islam bertindak untuk mengembalikan kesadaran manusia, bahwa alam semesta adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab.
Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara “shalat” yang secara naluriah mengembalikan manusia pada keadaan primordialnya dengan menjadikan seluruh alam sebagai tempat ibadah. Begitu pula halnya kalimat “Bismillah” yang terucap saat bersujud menyentuh bumi (shalat), adalah ; untuk mengembalikan manusia ke-kesucian primordial (al-fithrah) saat Yang Maha Esa menghadirkan dirinya secara langsung didalam hati manusia dan “mengumandangkan sebuah simfoni abadi dalam keselarasan yang ada pada alam yang suci”.
Kalimat suci “Bismillah” yang terucap saat berdzikir, berarti sang pendzikir telah kembali kepusat alam, bukan secara eksternal melainkan melalui hubungan batin yang menghubungkan dirinya dengan prinsip-prinsip dan irama-irama alam primordial yang sakral dan teramat luas sekaligus merupakan suatu perumpamaan dialog suci antara seorang Hamba dengan Khaliqnya, yang menenangkan dan sekaligus mensucikan jiwanya, begitupun “Bismillah” yang terucap disaat manusia hendak melakukan suatu pekerjaan-pekerjaan yang halal, maka kesadaran dirinya akan terbangkit dari keterlenaan, dalam dirinya melalui kesadaran akan realitas Yang Maha Esa.
“Sebuah kesadaran yang sesungguhnya merupakan substansi dari manusia primordial dan sebab terbentuknya eksistensi manusia “.
Hati serta jiwa seluruh muslim disegarkan oleh “keagungan, keselarasan dan kesucian” kalimat “Bismillah” dalam pada bentuk-bentuk huruf Al-Hijaiyyah yang terdiri dari tujuh huruf (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha), yang mengelilingi kaum muslim yang hidup didalam masyarakat Islam tradisional dan yang mengungkapkan keindahannya pada setiap lembaran-lembaran suci Al-Qur’an. Oleh karenanya “Bismillah” sebagai induk suci Islam yang merupakan karunia dari “Haqiqah” yang terletak dalam hati wahyu Islam.
Kalimat suci ini akan tetap demikian bagi seluruh muslim, tak peduli apakah diri mereka sadar akan haqiqah ataukah mereka yang sudah puas dengan bentuk-bentuk luarnya saja (kalimat Bismillah yang tersurat).
Bagi mereka yang mengikuti jalan menuju “haqiqah”, kalimat suci ini merupakan pembantu pertama yang sangat diutamakan untuk merenungkan ke-Esaan Ilahi Rabbi, karena huruf “Ba” yang dilambangkan oleh titik pengenal kesucian horizontal “Sin” dengan wujud lengkungan vertikal yang menghadap langit dan “Mim” yang berporos pada suatu tiang kepasrahan.
Tiga huruf-huruf suci ini secara keseluruhan melambangkan eksistensi universal untuk menuntun manusia dalam pembauran kualitas, kekuatan, dan aliran berbagai elemen agar setiap muslim mengingatkan ajaran Tuhan, yaitu dalam bentuk alam semesta, yang benar-benar muslim atau tunduk kepada kehendak Tuhan dengan mematuhi sifat dan hukum alamnya sendiri-sendiri.
Kesucian “Bismillah” membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi material sehingga memperoleh jalan masuk ke “Barakah” yang terletak didalam firman illahi dan untuk mengenyam suatu “rasa”, bahwa setiap jiwa akan mengenyam sesuai dengan kapasitas, keterbatasan, dan keabadiannya.
HAKIKAT BISMILLAH (II)
Huruf “Alif” didalam kalimat “Bismillah” dengan vertikalitasnya melambangkan kekuatan Tuhan dan prinsip transenden yang darinya segala sesuatu itu berasal, sedangkan dua huruf “Lam” dalam bentuk kail (mata kail), yang melambangkan suatu peringatan agar hamba Allah berhati-hati dalam pancingan Iblis atau setan dan sekaligus merupakan pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi, untuk membantu kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam
Hal ini pernah disinggung dalam salah satu Hadits Rasul Saw, yang menyebutkan, bahwa “Barang siapa yang melakukan sesuatu pekerjaan dengan tanpa diawali “Bismillah”, maka tidak akan ada keberkahan didalam pekerjaannya itu”. Karena didalam makan dan minumnya manusia, Iblis akan turut andil didalamnya, jika tidak diawali dengan ucapan “Bismillah”.
Sedangkan mengenai huruf “Ha” (Ha, marbutoh), yang melambangkan realitas lingkaran kosmos sebagai wahyu primordial Tuhan yang merupakan hasil dari pengejawantahan keEsaan pada bidang keanekaragaman. Keempat buah huruf suci ini merefleksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an: Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia”
Keempat huruf ini jika digabungkan menjadi kalimat “Allah”. Itulah alasan mengapa “Alif” menjadi sumber abjad dan huruf pertama dari nama “Tuhan Yang Maha Kekal” ini, Allah, yang bentuk visualnya benar-benar menyampaikan seluruh doktrin metafisik Islam mengenai alam realitas.
Karena dalam bentuk tulisan dari nama “Allah” dalam bahasa Arab, kita melihat dengan jelas suatu garis horizontal, yakni gerak penulisannya, kemudian garis tegak lurus dari “Alif” dan “Lam” semacam garis melingkar, yang secara simbolis dapat disamakan dengan suatu lingkaran “Tauhid” yang mengelilingi jiwa orang Islam, “ dan sekaligus merupakan suatu teofani dan refleksi dari ketakterbatasan kekayaan khazanah Tuhan yang tercipta setiap saat tanpa pernah kehabisan kemungkinan-kemungkinannya”. Hal ini pula yang menegaskan peran kitab suci Al-Qur’an sebagai petunjuk (Al-Huda), jalan menuju Tuhan.
“Al’Qur’an bagaikan sepercik cahaya yang menyinari kegelapan eksistensi manusia di dunia ini”.
Misteri Zat yang menyatakan identitas, yang sekaligus merupakan sifat Tuhan yang mutlak dan juga transendensi, mencakup seluruh aspek ketuhanan yang mungkin termasuk dunia dengan pembiasan pembiasan dari-Nya yang mengindividualisasi tak terkira banyaknya. Maka dari itu orang yang mencintai Tuhan akan selalu “mengosongkan hatinya dari segala sesuatu selain-Nya” (ini terapi yang sangat ampuh untuk mencapai puncak kekhusyuan didalam shalat); karena “ Alif Lam Lam Ha” akan menyerbu hatinya dan tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk sesuatu yang lain, karena seseorang hanya perlu mengetahui dan menyelami hakikat “Bismillah” ini untuk mengetahui semua yang dapat diketahui.
Nama “Allah” adalah kunci khazanah misteri Tuhan dan pintu gerbang menuju Yang Gaib dan Yang Nyata. Itulah realitas yang berdasarkan identitas esensial Tuhan dan kesucian nama-Nya. Itulah alasan mengapa para Ahlul Hukama selalu merenungi dan menyebutkan bahwa ; “Huruf-huruf didalam “Bismillah” turun dari dunia spiritual ke dunia fisikal dan memiliki substansi spiritual batin ketika mengenakan selubung dunia gaib yang mampu menembus kedalam makna batinnya, dan dapat merenungkan simbol prinsip-prinsip realitas maupun pedoman yang terwujud”
Sebenarnya seluruh manifestasi berasal dari ketujuh huruf ini (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha), karena bagaimana mungkin Yang “Esa” melambangkan sesuatu yang lain dari huruf-huruf yang akan mengakui keEsaan-Nya, apalagi penggabungan dari ketujuh huruf-huruf ini jika berbentuk huruf Arab yang memanjang dari kanan ke kiri, akan merupakan lambang penerimaan prinsip material dan pasif, dalam arti kata “ketaqwaan mutlak” serta dimensi keindahan yang menyempurnakan ke-Agungan diri-Nya, dan sekaligus melambangkan pusat teragung yang dari-Nya segala sesuatu itu berasal dan kemana segala sesuatu itu kembali.
“Manusia harus percaya kepada yang suci dan terlibat didalamnya, kalau tidak, maka Yang Suci akan menyembunyikan dirinya dibelakang selubung yang tidak dapat diraba dan dilalui, yang pada hakikatnya adalah, selubung jiwa rendah manusia “.
Kesucian “Bismillah” mampu menciptakan sesuatu yang bersifat spiritual sekaligus sensual, menyingkap keindahan dunia ini beserta sifat fananya, dan menjelma dalam bentuk alam transendental yang indah melalui teofani Tuhan, karena hakikat Bismillah masih suci dan dicari oleh sebagian masyarakat Islam, dan menjadi nilai universal bagi seluruh dunia pada saat kebodohan mengancam untuk mencekik “spirit Bismillah” itu sendiri.***
AWAL PENCIPTAAN BISMILLAH
Sebutir debu serta kesekejapan hidup diubah melalui tradisi menjadi sebuah bintang di cakrawala, yang diberkahi dengan kemapanan dan merefleksikan keabadian Tuhan. Menurut doktrin tradisional, realitas batin alam semesta mengungkapkan dirinya melalui mata batin atau penglihatan intelektual, “karena mata batin merupakan alat persepsi yang berdasarkan keselarasan, sekalipun diatas bidang korporeal”.
Dalam makrokosmos, keselarasan alam semesta terwujud pada taraf realitas yang lebih tinggi dan menjadi suram serta semakin samar dalam tingkat kosmos yang semakin rendah, karena jauh sebelum Tuhan menciptakan manusia pertama, yakni Adam As (Abul Basyar) Tuhan yang Maha Agung lebih dulu menciptakan suatu alam yang disebut “Alam Jabbarut Malaakut”, dan dihuni oleh para malaikat-malaikat Allah yang tak terbilang banyaknya.
Sebagian dari kelompok para Malaikat-Malaikat Allah tersebut adalah kelompok Malaikat Muqarrabin, Malaikat Kurubiyyin, Malaikat Kiraman Katibin, Malaikat Arsyi, Malaikat Hafadzah dan Malaikat Aran Jabaniyyah, Malaikat Arsyi. Dan masih banyak lagi golongan Malaikat-malaikat lainnya yang tidak dapat disebutkan disini.
Para malaikat-malaikat ini masing-masingnya mempunyai sayap, yang sayapnya saja secara langsung melambangkan “Hakikat realitas penerbangan dan pendakian melawan seluruh hal yang merendahkan derajat serta menurunkan kekuatan atas dunia ini, yang akhirnya mengantar pada kebebasan dari kungkungan duniawi yang serba terbatas”. Seperti tersebut didalam Firman-Nya : “ Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”. (Q.S. 35 : 1).
Menurut doktrin tradisional, “Alam Jabbarut Malakut” terdiri dari tujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” yang pada puncaknya terdapat singgasana Tuhan (Al-Arsy). Tuhan yang menciptakan singgasana (Al-Arsy) dari jambrud hijau dan keempat tiangnya terbuat dari batu merah delima, yang dibawa oleh delapan Malaikatul Arsy, yang selalu bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya. Ketujuh lembah “Qaf” itu sendiri, adalah Lembah Thalab (pencarian), Lembah Isyq (cinta), Lembah Istighna (kepuasan), Lembah Hayrat (kekaguman), Lembah Faqr (kemiskinan), Lembah Ma’rifah (gnosis), dan Lembah Fana (lebur).
Dimasing-masing ketujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” ini terdapat (tersimpan) tujuh buah huruf Al-Hijaiyyah, yakni huruf-huruf yang ada pada kalimah suci “Bismillah”. Pegunungan kosmik “Qaf” merupakan pesona spiritual dari keindahan dan keAgungan Tuhan, yang selalu menjadi pintu gerbang untuk masuk kedalam lautan rahasia Tuhan, yang dimulai dengan kerinduan kepada-Nya, dan bergerak secara perlahan menuju penyingkapan “hakikat Bismillah” yang suci dan mensucikan, dan akhirnya mencapai peleburan (Fana) dengan melintasi horizon esoterisme “Qaf” yang sangat luas dan tanpa batas. “Qaf, demi Al-Qur’an yang sangat mulia” (Q.S. : 50 : 1)
Ekspresi universal kehidupan “Alam Jabbarut Malaakut” dan jalan inisiatik, dimungkinkan oleh tingginya tingkatan spiritual (maqam) yang sekaligus menjadi awal cikal bakal penciptaan langit dan bumi yang pada waktu itu (di alam jabbarut malakut), langit masih berupa asap, asap yang keluar dari ketujuh lembah “Qaf”, kemudian Allah satukan dan dari asap tersebut dijadikannya tujuh lapis langit. Seperti tersebut dalam firman-Nya: “ Yang menciptakan tujuh lapis langit “ (Q.S. : 67 : 3). Dan firman-Nya lagi : “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit yang kala itu masih berupa asap” (Q.S. : 41 : 11). Setelah tujuh lapis langit terbentuk, kemudian Allah Swt menciptakan tujuh lapis bumi yang diambil dari pegunungan kosmik “Qaf” pula. “ Allah-lah yang mnciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (Q.S. : 65 : 12)
Catatan : Pengertian mengenai penciptaan langit dan bumi ini adalah “langit akhirat dan bumi akhirat”, karena setelah penciptaan langit dan bumi akhirat ini, Allah Swt menciptakan tujuh surga dan tujuh neraka, barulah langit dan bumi dunia Allah ciptakan dalam masa yang pada saat itu bumi masih dalam keadaan gelap gulita.
Seperti yang Allah Swt firmankan didalam Al-Qur’an : “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa kelelahan “ (Q.S. : 50 : 38)
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan dunia setelah DIA (Allah) menciptakan surga dan neraka berikut wildan dan bidadari. Dunia saat itu masih dalam keadaan gelap gulita, dan setelah Nabi Adam As dan Siti Hawa terusir dari surga, kemudian turun ke dunia, barulah Allah Swt menciptakan cahaya yang menerangi dunia (matahari-bulan-dan bintang), walau sebenarnya penciptaan cahaya (cahaya Muhammad) ini lebih dulu dari pada penciptaan Alam Jabbarut Malaakut, yakni “Nur Muhammad”
Tuhan adalah “cahaya langit dan bumi”. Demikian penegasan Al-Qur’an yang kemudian dimensi kosmogonis dan kosmologisnya diperkuat oleh Rasul Saw. Dengan sabdanya : “Yang pertamakali diciptakan oleh Tuhan adalah cahaya”.
“Cahaya bagaikan kutub-kutub spiritual yang menyala, laksana norma dan teladan-teladan yang hidup dan menjadi perhatian para pencari kebenaran dimana dan kapanpun yang sekaligus merupakan realitas surgawi dibalik bentuk keduniawian”.

“Hakikat Bismillah adalah gema panggilan Tuhan kepada manusia untuk kembali ke sumber spiritualnya“ (Faridhal Attros Al’Kindhy)***

Shalat syareat dan Shalat tariqoh

Nasihat Spiritual
Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani

Sholat Syari’ah, anda sudah tahu ayat:
“Peliharalah sholat-sholat…” (Al-Baqoroh: 238)
yang disana tentu ada rukun-rukun sholat secara lahiriyah dengan gerakan-gerakan jasmani, seperti berdiri, ruku’, sujud, duduk, suara dan lafadz yang diucapkan. Semua itu masuk dalam ayat, “Peliharalah….”
Sedangkan Sholat Thoriqoh, adalah sholatnya qalbu, yaitu sholat yang diabadikan. Dalam ayat itu berlanjut : “Dan sholat yang di tengah..” atau disebut sebagai Sholat Wustho, yaitu sholatnya qalbu, karena qalbu itu diciptakan posisinya di tengah, antara kanan dan kiri, antara bawah dan atas, antara bahagia dan sengsara, sebagaimana sabda Nabi Saw, : “Qalbu berada diantara dua Jemari dari Jemari-jemari Ar-Rahman, dimana Allah membolak-balikkannya semauNya…” (Hr. Muslim, dan juga dikutip oleh Al-Ghazali dalam Al-Ihya’).
Yang dimaksud dengan Dua Jemari adalah dua sifatNya, Al-Qahr (Yang Maha Memaksa) dan Al-Luthf (Yang Maha Lembut), sebab Allah Maha Suci dari Jemari-jemari. Maka menjadi jelas maksud ayat tersebut adalah Sholat Qalbu. Apabila Sholat Qalbu rusak, maka Sholatnya pun rusak termasuk sholat jasmaninya, sebagaimana hadits Nabi Saw, “Tidak ada sholat melainkan dengan hati yang hadir di hadapan Allah.”
Orang yang sholat bermunajat kepada Tuhannya, dan tempat munajat itu qalbu (hati). Jika hatinya alpa, maka rusak pula sholatnya. Hati adalah pokoknya, yang lain hanyalah pengikutnya, sebagaimana dalam hadits Nabi Saw. “ Ingatlah! Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila ia bagus maka bagus pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ingatlah, daging itu adalah qalbu…” (Hr. Bukhori).
Sholat syariat itu ada waktunya, setiap hari dan malam, lima kali. Disunnahkan berjama’ah di masjid dan harus menghadap Ka’bah, mengikuti iman, tanpa ada sikap pamer dan popularitas.
Sedangkan Sholat Thoriqoh itu adalah Dzikrullah sepanjang hidup. Masjidnya adalah qalbunya. Jama’ahnya adalah perkumpulan kekuatan-kekuatan batin, untuk sibuk terus menerus mengingat Nama-nama Allah dan mentauhidkan Allah dengan lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu dalam spirit qalbu (Fuad). Dan kibaltnya adalah Al-Hadrah al-Ahadiyah (Manunggal hamba-Allah dalam KeesaanNya) dan Keindahan ShomadiyahNya, itulah kiblat Hakikat.
Qalbu dan Ruh sibuk dengan sholat Thariqat ini sepanjang zaman. Karena Qalbu tidak mati dan tidak tidur. Ia sibuk dalam tidur dan jaga dengan kehidupan qalbu, tanpa suara, tanpa berdiri dan tanpa duduk. Itulah yang disebut oleh Allah swt:“Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan…” (Al-Fatihah, 5)
Dalam Tafsir Al-Baidhowi, Anwarut Tanzil wa Asdrorut Ta’wil, beliau mengatakan, “Dalam ayat tersebut ada isyarat bagi orang yang ma’rifat kepada Allah, dan transformasinya dari kondisi dimana ia tidak hadir jiwanya menjadi hadir di hadapan Allah Ta’ala. Maka ia berhak mendapatkan tugas ini, sebagaimana sabda Rasululllah saw: “Para Nabi dan para wali senantiasa sholat dalam kuburnya sebagaimana mereka sholat di rumah-rumah mereka.”Maksudnya mereka terus sibuk bersama Allah dan munajat bagi kehidupan qalbunya. Bila Sholat Syariat dan Sholat Thoriqoh telah berpadu, lahir dan batin, maka sempurnalah sholatnya, dan meraih pahala yang agung dalam taqarrub dengan alam ruhaninya. Dan dia juga meraih derajat jasmaniyah, lalu si hamba menjadi seorang ‘abid secara dzohir, dan ‘arif secara batin.Jika seseorang tidak berhasil sholat Thoriqoh dengan hati yang hidup, maka ia tergolong tidak sempurna, dan pahalanya tidak sampai pada derajat taqarrub kepada Allah Ta’ala.

Aurat dan Hakekat

BIS­MILLAHIR­ROH­MAANIR­­ROHIIM.


demi Allah Yang Maha Agung yang bumi dan alam semesta dalam genggaman-Nya.manusia diciptakan dengan berbagai ragam seprti halny a Allah menciptakan slruhnya yang bermacam2.

dalam tubuh manusia terdapat aurat yang Allah mengwajibkan untuk menutupnya,.,marilah kita mengkaji sebentar apa yang Allah ciptakan diantara tubuh kita ini.

Aurat laki2 terdiri dari Pusar dan dibawah lutut..

1].Pusar = pusat

Pusat yang namanya pusat pastilah berarti ditengah2.begitu juga pusar kita yang jika mau melihat maka pusar berada ditengah2 tubuh manusia .didalam pusat terdapat organ2 tubuh yanag mencerna seluruh makanan yang masuk keperut kita ini.
itulah perut yang mngambil semua apa yang dimakan manusia.mencerna setiap makanan menjadi kekuatan atau energi yang disalurkan keseluruh tubuh kita,betapa Allah Maha Kuasa dalam setiap penciptan-Nya.pusat tubuh adalah apa yang didalam perut dimana baik makanan yang enak maupun basi tetap masuk kedalam tubuh kita,tapi bagaimana dengan kasiat dari apa yang kita makan enak atau basi...jelas tidak sama baik energi serta kekuatan..

seperti itulah manusia ini.yang baik dan buruk takan sama dimata Allah.jelas Allah takan mmeberikan kekuataan kepada orang yang seperti makanan basi.karena dari kenyataan sudah tidak baik jaadi bagaimana kita mau minta kepada Allah kebaikan dan kebahagian untuk kita .padahal ta ada yang lebih baik daripada kebahagian hati


Pusar adalah tempat kita makan waktu didalam perut Bunda.yang smakan minum dilakukan lewat pusar,dan didalam Rahim itu juga kita diberitahukan oleh Allah apa yang kita lakukan didunia serta sumpah untuk tetap menyembah Allah SWT dan Muhammad Rasulallah.didalam kita memehami bahwa pusar adalah aurat maka kita akan semakin mengerti akan Keagungan dan Kesaan Allah.ta ada dua pusat dalam tubuh hanya ada satu pusat.ta ada Allah yang lain karena Allah itu Esa.Allah itu Pemberi rejeki kepada setiap mahkluk yang diciptakan-Nya.pusat seperti Matahari yang menyinari meski kita seperti ta membutuhknnya.

Aurat adalah simbol yang Allah agar kita bisa berfikir  tentang penciptaan-Nya.tentang sbuah simbol akan keEsaan dan ke Agungannya.jika kita melihat lebih kedalam kedalam pusar kita tentang asal pusar ini maka kita akan semakin bersyukur akan apa yang telah kita terima.

2.kedua Lutut

Lutut selalu ada dibawah pusar apapun keadaanya.adalah simbol dari kita sebagai seorang hamba.tanpa lutut maka kita ta bisa bersujud.kita takan bisa menyembah pada-Nya.tanpa lutut maka kita takan bisa bergerak dan berlari..tapi kita masih bisa hidup.seperti itulah kita..Allah takan bertambah hina meski kita tidak menyembah-Nya.Allah takan menjadi sengsara meski kita ta memujanya.karena Allah Mha Mulia lagi Maha Kaya.

lutut  berguna saat kita bersujud ,bersujud sebgai kepasrahan kita pada Allah.sebagai tanda kita untuk selalu bersyukur.lutut berjumlah dua yang berarti laki2 dan wanita,tanpa laki2 wanita takan bisa berkembang biak begitu juga dengan wanita,berjumlah dua berarti hakekat kita sebagai manusia.
Laki2 tanpa seorang wanita maka laki laki taakan berguna didunia ini.begitu jika kita sebagai manusia taakan berguna bagi Alam semesta karena dunia ada karana Allah menciptakan kita (penciptaan Adam dan Hawa).


tanpa satu lutut maka kita taakan bisa menyembah,kita masih bisa hidup tapi kita ta akan bisa sujud dengan sempurna.tanpa lutut kita ta akan bisa berlari mencari rejeki,tanpa lutut kita taakan bisa dengan sempurna untuk bekerja.masih banyak yang kita lakukan dengan sempurna dengan mempunyai lutut.

tanpa pusar maka kita ta aakn pernah ada tanpa lutut kita ta akan bisa kemana2 dengan bebas.ta akan bisa mengetahui kebesaran Allah.



Aurat wanita adalah menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan..karena wanita diciptakn dari tulang rusuk yang hakekatnya ada dalam tubuh laki laki..jadi itulah mengapa wanita diwajibkan menutup auratnya,.,.,krana wanita diciptakan Allah dengan keindahan maka dari itu dijaga dengan sempurna oleh-Nya.lewat menutup aurat wanita bisa menjaga pandangan laki laki yang bermaksud tidak baik kepadanya.laki laki pasti kan lebih bersikap hormat pada wanita yang menutup aurat dari pada wanita yang menampakn auratnya secara berlebihan2

Rabu, 08 Agustus 2012

Macam Macam Hati (rahasia 4)

Macam – Macam Hati (nasehat habib Abdullah bin Alwi Al-haddad)
Sebaik-baiknya hati adalah yang bersih suci dari keburukan, yang tunduk kepada yang haaq (kebenaran) dan petunjuk yang diliputi kebaikan. Di dalam Hadits dikatakan,
Hati itu ada 4 macam :
1. Hati yang tidak berselaput, di dalamnya terdapat pelita yang menerangi. Ini hati orang mukmin.
2. Hati yang hitam tak tentu tempatnya. Ini hati orang kafir.
3. Hati yang terbelenggu diatas kulitnya. Ini hati orang munafik.
4. Hati yang mendatar, padanya terdapat iman dan nifaq (kemunafikan).
Perumpamaan iman yang meliputinya seperti batang tumbuhan yang disirami air tawar. Sedangkan perumpamaan nifaq seperti setumpuk kudis yang diselaputi nanah dan darah busuk. Maka yang mana di antara keduanya berkuasa, kesitulah hati tertarik.
Hati yang ke-4 inilah yang terdapat pada kebanyakan kaum muslimin. Amalnya bercampur aduk sehingga keburukannya lebih banyak daripada kesempurnaannya. Dalam Hadits lain dikatakan,
“Sesungguhnya iman itu bermula muncul di dalam hati sebagai sinar putih, lalu membesar, hingga seluruh hati menjadi putih. Sedangkan nifaq itu bermula muncul di dalam hati seperti noda-noda hitam, lalu menyebar, hingga seluruh hati menjadi hitam.”
Sesungguhnya iman akan bertambah dengan cara menambah amal saleh disertai keikhlasan. Sedangkan nifaq akan bertambah dengan cara mengerjakan amal buruk, seperti meninggalkan perkara wajib dan melakukan larangan agama. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,
“Barangsiapa melakukan dosa, maka akan tumbuh dalam hatinya setitik hitam. Jika ia bertobat, maka terkikislah titik hitam itu dari hatinya. Jika ia tidak bertobat, maka menyebarlah titik hitam itu sehingga seluruh hatinya menjadi hitam.”
Hal ini sesuai dengan firman Allah,
“Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang mereka selalu kerjakan itu menutupi hati mereka.” (QS. 83:14)
Seorang manusia tidak akan ditimpa suatu musibah, kecuali karena dosanya sendiri. Sebagaimana dikatakan di dalam Al-Qur’an,
“Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatanmu sendiri.” (QS. 42:30)
Maka dari itu, hendaklah kita berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam dosa. Jika pun sudah terlanjur, maka hendaklah bersegera bertaubat. Bukankah dikatakan di dalam Al-Qur’an,
“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. 49:11)
“(Dialah) Yang mengampuni dosa dan menerima taubat, Yang pedih siksanya, Yang mempunyai karunia. Tiada tuhan selain Dia dan hanya kepada-Nya-lah tempat kembali.” (QS. 40:3)
“Dan tiada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya.” (QS. 40:13-14)

SABAR LOMAN TEMEN AKAS NRIMO

SABAR LOMAN AKAS NRIMO TEMEN


lima dasar yang harus dimiliki setiap manusia yang ada dibumi ini.ta ada manusia pun yang bisa bertahan dari kerasnya dunia ini jika tak memiliki lima unsur
1.Sabar
2.Loman
3.Akas
4.Nrimo
5.Temen


Sabar adalah kunci segala masalah dibumi ini.dengan sabar kita bisa mendapatkan segala yang Allah berikan didunia ini.jika Allah tidak mmberikan sabar dalam sifat manusia maka manusia akan mudah marah dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup yang sebenarnya juga datang dari Allah.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga berfirman, “Sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 155).
Pada ayat ini Allah SWT menegaskan, seorang hamba Allah akan diuji dengan rasa takut, kelaparan, kemiskinan, dan sebagainya. Dengan ujian ini, akan tampak mana yang taat dan mana yang kufur. Tentu yang teguh dalam ketaatan kepadaNya yang mendapat kabar gembira. Allah berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10).
Tentang ayat ini, Sayyidina Ali bin Abu Thalib menerangkan, setiap orang yang mencapai derajat muthi’ (orang yang taat), kelak akan ditimbang amalnya dengan timbangan atau takaran. Berbeda dengan orang yang berderajat shabir (orang yang sabar), mereka ini mengeruk pahala laksana mengeruk debu yang tidak terhitung jumlahnya.
Sungguh luar biasa derajat orang sabar. Selain mendapatkan pahala yang besar, juga dikatakan sebagai bagian dari iman. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ad-Dailami dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kesabaran adalah setengah dari iman.”
Begitulah keutamaan dan pentingnya bersabar, termasuk dalam menjalankannya. Insya Allah, setiap kali kita bersabar atas sesuatu yang tidak kita kehendaki dan bersabar atas apa yang belum kita kehendaki, pasti berbuah pahala dan hikmah yang tak ternilai.

Loman disebut juga sedekah ,dalam sedekah setiap manusia diajarkan untuk saling memberi.saling membantu satu dengan yang lain

Rasulullah saw. dalam hadits di atas menjelaskan tentang cakupan shadaqah yang begitu luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para sahabatnya yang tidak mampu secara maksimal bershadaqah dengan hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk banyak hartanya. Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shadaqah mencakup:

1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid

Rasulullah saw. menggambarkan pada awal penjelasannya tentang shadaqah bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah shadaqah. Oleh karenanya mereka ‘diminta’ untuk memperbanyak tasbih, tahlil dan tahmid, atau bahkan dzikir-dzikir lainnya. Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah swt. Dalam riwayat lain digambarkan:

Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. berkata, “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)

2. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Setelah disebutkan bahwa dzikir merupakan shadaqah, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah. Karena untuk merealisasikan amar ma’ruf nahi mungkar, seseorang perlu mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu, dan perasaannya. Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah. Bahkan jika dicermati secara mendalam, umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah’, karena memiliki misi amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam sebuah ayat-Nya Allah swt. berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Ali Imran (3): 110]

3. Hubungan Intim Suami Istri

Hadits di atas bahkan menggambarkan bahwa hubungan suami istri merupakan shadaqah. Satu pandangan yang cukup asing di telinga para sahabatnya, hingga mereka bertanya, “Apakah salah seorang diantara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan shadaqah?” Kemudian dengan bijak Rasulullah saw. menjawab, “Apa pendapatmu jika ia melampiaskannya pada tempat yang haram, apakah dia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapat pahala.” Di sinilah para sahabat baru menyadari bahwa makna shadaqah sangatlah luas. Bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan seorang insan, dan diniatkan ikhlas karena Allah, serta tidak melanggar syariah-Nya, maka itu akan terhitung sebagai shadaqah.

Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah saw. yang dikategorikan sebagai shadaqah, masih terdapat nash-nash hadits lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah, diantaranya adalah:

4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya

Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah saw. berkata, “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.” (HR. Ibnu Majah)

5. Membantu urusan orang lain

Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani, dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, “Setiap muslim harus bershadaqah.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang dapat disedekahkan)?” Rasulullah saw. bersabda, “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau bersabda, “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Mengajak pada yang ma’ruf atau kebaikan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan shadaqah.” (HR. Muslim)

6. Mengishlah dua orang yang berselisih

Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah saw.: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah. Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah, mengishlah di antara manusia (yang berselisih adalah shadaqah).” (HR. Bukhari)

7. Menjenguk orang sakit

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah swt., maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus (kali lipat). Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya, atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya. Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan menjadi penggugur (dosa-dosanya).” (HR. Ahmad)

8. Berwajah manis atau memberikan senyuman

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun. Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya, ia menemuinya dengan wajah ramah, dan jika engkau membeli daging, atau memasak dengan periuk/kuali, maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya.” (HR. Turmudzi)

9. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari (baca: yaumiyah)

Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari)




Bersambunggg......